Batam,STB, – Suara peluit kapal, derit troli, dan riuh para penumpang pagi itu mendadak terasa lebih hangat dari biasanya. Di tengah lalu-lalang porter dan sopir yang sibuk mengantre naik kapal, sekelompok orang berseragam polisi dan berompi jurnalis berjalan sambil menenteng kardus berisi nasi bungkus.
Bukan untuk diliput. Bukan untuk seremonial. Mereka benar-benar turun tangan—membagikan satu per satu kotak makan siang sambil menyapa, tersenyum, dan sesekali bercanda.
“Gratis, Bu. Silakan buat di jalan,” ujar seorang jurnalis televisi sembari menyerahkan nasi kepada Rina, penumpang tujuan Kuala Tungkal.
Rina terlihat kaget sejenak, lalu tersenyum lega. “Alhamdulillah, bisa buat dimakan di kapal nanti. Perjalanannya kan jauh, jadi bekal kami bisa buat nanti malam,” ucapnya sambil merangkul anaknya yang menggenggam tiket keberangkatan.
Polisi dan Jurnalis, Bertukar Peran Jadi Pelayan
Kapolsek KKP Batam, AKP Zharfan Edmon, ikut berdiri di bawah terik matahari sambil menyerahkan nasi ke sopir truk yang baru menurunkan kargo.
“Hari ini bukan soal jabatan, bukan soal profesi. Kami hanya ingin menyapa mereka yang sering tidak terlihat,” katanya.
Baginya, pekerja informal seperti porter, sopir taksi, dan buruh pelabuhan adalah pahlawan mobilitas kota yang jarang mendapat ruang untuk sekadar istirahat layak.
“Kadang mereka lupa makan. Jadi kalau ada yang bisa kita bantu, meskipun hanya sebungkus nasi, kenapa tidak?” tambahnya.
500 Bungkus Nasi, Ribuan Senyum Tercipta
Sebanyak 300 bungkus makanan dibagikan di Pelabuhan Domestik dan Roro Telaga Punggur. Sisanya, 200 bungkus, disebar di kawasan Nagoya dan Jodoh.
Bagas, koordinator kegiatan dari komunitas jurnalis Batam, mengaku kegiatan ini sudah berjalan setiap pekan.
“Biasanya kami hanya meliput aksi sosial orang lain. Hari ini kami ikut jadi bagian dari aksinya,” ujarnya sambil tertawa kecil.
Siang itu, nasi bungkus mungkin hanya sebungkus makanan. Tapi bagi sebagian orang yang menerimanya, ia menjadi tanda bahwa masih ada yang peduli. Bahwa perhatian tidak selalu datang dalam bentuk besar—kadang hanya berupa sapaan singkat dan sebungkus nasi hangat.
Dan di Pelabuhan Punggur hari itu, rasa kenyang datang bersama rasa dihargai.